Kamis, 18 September 2025

IHSG Cetak Rekor Baru, Asing Borong Saham BBRI

IHSG Cetak Rekor Baru, Asing Borong Saham BBRI
IHSG Cetak Rekor Baru, Asing Borong Saham BBRI

JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mencatatkan sejarah baru di pasar modal Indonesia. Pada perdagangan Rabu (17 September 2025), indeks melesat 0,85% atau 67,48 poin hingga ditutup di level 8.025,18, menjadi rekor tertinggi sepanjang masa. Capaian ini sekaligus melewati rekor sebelumnya di 7.957,69 yang tercatat sehari sebelumnya.

Lonjakan indeks terjadi seiring keputusan Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 4,75%. Keputusan tersebut memicu euforia pelaku pasar, terutama di sektor perbankan yang menjadi salah satu motor penggerak IHSG.

"Keputusan ini sejalan dengan upaya bersama untuk mendorong pertumbuhan ekonomi," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo saat mengumumkan hasil rapat dewan gubernur secara daring.

Baca Juga

Cek Panduan Lengkap Tabel Angsuran KUR BRI 2025

Suku Bunga Turun, Perbankan Jadi Motor IHSG

Sejak awal perdagangan, IHSG sudah bergerak positif. Indeks sempat menyentuh level terendah di 7.940,51, kemudian merangkak naik hingga menutup sesi pertama di 7.980,23 atau naik 0,28%. Momentum semakin kuat setelah pengumuman BI, mendorong IHSG menembus level psikologis 8.000 dan bertahan di zona hijau hingga akhir sesi.

Saham-saham perbankan langsung menjadi sorotan. Bank Permata (BNLI) dan Bank Tabungan Negara (BBTN) mencatat kenaikan paling tinggi di antara bank-bank besar. Sementara itu, Bank Central Asia (BBCA) dan Bank CIMB Niaga (BNGA) masih terkoreksi, tetapi secara umum sektor keuangan merespons positif kebijakan BI.

Investor menilai pemangkasan suku bunga acuan bisa mendorong permintaan kredit dan mempercepat laju pertumbuhan ekonomi nasional, sehingga emiten perbankan berpotensi meraup keuntungan lebih besar di masa depan.

Aksi Asing: Net Sell, tapi Borong Saham Pilihan

Menariknya, meski IHSG mencetak rekor baru, investor asing justru mencatatkan aksi jual bersih (net sell) Rp151,5 miliar. Angka ini menunjukkan bahwa sebagian pelaku pasar global masih mengambil sikap hati-hati di tengah dinamika kebijakan moneter.

Namun, bukan berarti asing sama sekali meninggalkan pasar. Beberapa saham justru menjadi sasaran akumulasi mereka. Yang paling mencolok adalah saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI).

Dengan nilai net buy Rp405,8 miliar, BBRI menjadi saham incaran utama investor asing. Aksi tersebut mendorong harga saham bank pelat merah ini naik 2,18% ke level 4.220.

Selain BBRI, dua saham lain yang juga banyak diburu asing adalah PT Darma Henwa Tbk (DEWA) senilai Rp140,4 miliar dan PT Petrosea Tbk (PTRO) senilai Rp108,2 miliar.

10 Saham Favorit Asing di Tengah Penurunan BI Rate

Berikut daftar lengkap saham dengan net foreign buy terbesar pada perdagangan Rabu (17/9/2025):

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI): Rp405,8 miliar

PT Darma Henwa Tbk (DEWA): Rp140,4 miliar

PT Petrosea Tbk (PTRO): Rp108,2 miliar

PT Barito Pacific Tbk (BRPT): Rp101,2 miliar

PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS): Rp78,2 miliar

PT Amman Mineral International Tbk (AMMN): Rp60,1 miliar

PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN): Rp45,5 miliar

PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK): Rp27,6 miliar

PT Pakuwon Jati Tbk (PWON): Rp27,1 miliar

PT Bumi Resources Tbk (BUMI): Rp20,5 miliar

Daftar ini menunjukkan bahwa selain sektor perbankan, investor asing juga aktif memburu saham di sektor pertambangan, energi, hingga properti.

Konteks Kebijakan BI: Dorong Ekonomi Lebih Cepat

Kebijakan BI menurunkan BI rate ke 4,75% diambil dengan pertimbangan kondisi inflasi yang relatif terkendali dan kebutuhan untuk menjaga momentum pertumbuhan.

"Kebijakan itu dilakukan dalam rangka untuk mendukung pertumbuhan ekonomi lebih cepat ke depannya di tengah tekanan inflasi yang rendah," jelas Perry Warjiyo.

Dengan suku bunga yang lebih rendah, biaya pinjaman diharapkan turun sehingga mampu mendorong belanja konsumen, investasi, hingga ekspansi dunia usaha. Hal ini selaras dengan ekspektasi investor yang menginginkan kebijakan moneter pro-pertumbuhan.

Pasar Menanti Langkah Berikutnya

Meskipun pasar saham merespons positif, masih ada tanda tanya mengenai arah kebijakan BI selanjutnya. Apakah pelonggaran moneter ini akan berlanjut, atau akan ditahan jika risiko inflasi meningkat?

Bagi investor asing, situasi ini menciptakan dinamika unik. Di satu sisi, turunnya suku bunga meningkatkan daya tarik saham sektor keuangan dan konsumsi. Namun di sisi lain, perbedaan imbal hasil dengan negara lain bisa memicu aliran modal keluar, sebagaimana tercermin dari aksi net sell Rp151,5 miliar.

Hari bersejarah bagi IHSG diwarnai dua peristiwa penting: rekor penutupan tertinggi sepanjang masa dan pemangkasan BI rate menjadi 4,75%. Meski asing mencatat net sell secara total, mereka tetap memborong sejumlah saham unggulan seperti BBRI, DEWA, dan PTRO.

Bagi pelaku pasar domestik, momen ini sekaligus menjadi sinyal bahwa kebijakan moneter longgar berpotensi mengangkat sektor keuangan dan memperkuat optimisme terhadap prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.

Aldi

Aldi

teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Deposito BCA Online: Cara Mudah Buka dan Cairkan Lewat myBCA

Deposito BCA Online: Cara Mudah Buka dan Cairkan Lewat myBCA

Simulasi Angsuran KUR BNI 2025 untuk UMKM Pemula

Simulasi Angsuran KUR BNI 2025 untuk UMKM Pemula

Update Harga Emas Pegadaian Kamis 18 September 2025

Update Harga Emas Pegadaian Kamis 18 September 2025

Rilis Aturan Baru OJK Permudah UMKM Akses Pembiayaan 2025

Rilis Aturan Baru OJK Permudah UMKM Akses Pembiayaan 2025

Penyebab Saldo DANA Kaget Tidak Cair dan Solusinya

Penyebab Saldo DANA Kaget Tidak Cair dan Solusinya