
JAKARTA - Promosi kreatif Taylor Swift untuk album terbarunya yang bertajuk The Life of a Showgirl justru menimbulkan kontroversi. Alih-alih mendapat pujian, strategi promosi unik tersebut memicu tuduhan bahwa sang penyanyi menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk menciptakan materi kampanye albumnya.
Ironisnya, Swift selama ini dikenal sebagai sosok vokal yang menentang penyalahgunaan AI, terutama terkait disinformasi dan eksploitasi digital terhadap seniman. Karena itu, kabar bahwa ia diduga memakai teknologi tersebut mengejutkan sekaligus mengecewakan banyak penggemarnya.
Konsep Promosi Album dengan Berburu Petunjuk
Baca Juga
Untuk mempromosikan The Life of a Showgirl, tim Taylor Swift meluncurkan permainan berburu petunjuk yang berlangsung di 12 kota dunia. Penggemar diminta menemukan 12 pintu berwarna oranye yang dilengkapi dengan kode QR.
Saat kode itu dipindai, penggemar akan diarahkan pada video pendek yang memunculkan adegan-adegan penuh teka-teki. Namun, di balik keunikan konsepnya, banyak pihak menduga visual yang ditampilkan justru merupakan hasil olahan AI.
Salah satu video, misalnya, memperlihatkan sebuah bar bergaya Art Nouveau. Dalam tayangan tersebut, terlihat gambar rumah buram dengan buku yang huruf-hurufnya tidak jelas. Pada potongan lain, jari bartender tampak menyatu dengan serbet oranye yang dipegangnya — ciri khas yang kerap ditemukan dalam hasil render AI.
Di Barcelona, penggemar yang menemukan pintu oranye melaporkan bahwa video yang muncul menampilkan sebuah gym di gedung tinggi dengan peralatan olahraga yang tidak sejajar. Ketidaksempurnaan detail semacam ini kembali menguatkan dugaan bahwa teknologi AI digunakan untuk membuat video-video promosi tersebut.
Reaksi Penggemar: Dari Kecewa Hingga Tak Percaya
Banyak penggemar yang mengaku kecewa dengan promosi album ini. Mereka menilai Taylor Swift, yang selama ini mengkritik penyalahgunaan AI, seolah-olah justru ikut memanfaatkan teknologi tersebut.
“Selama ini dia berbicara soal hak seniman dan melawan eksploitasi digital, tapi sekarang malah begini. Ironis sekali,” tulis seorang pengguna Reddit yang dikutip dari Euro News, Rabu (8/10/2025).
Komentar lain justru bernada tidak percaya. “Tidak mungkin Taylor juga pakai AI. Dia terlalu kaya untuk ini,” tulis seorang penggemar lainnya, mengekspresikan keyakinan bahwa Swift seharusnya tidak perlu menggunakan teknologi yang sering dianggap merugikan seniman itu.
Swift Pernah Jadi Korban AI
Kontroversi kali ini terasa semakin rumit karena Taylor Swift sendiri bukan orang asing terhadap dampak negatif AI. Tahun lalu, beredar gambar palsu dirinya yang tampak mendukung kampanye Presiden Amerika Serikat, Joe Biden.
Gambar manipulatif itu dikonfirmasi Swift sebagai hasil buatan AI. Ia kemudian menulis di akun Instagram bahwa peristiwa tersebut menumbuhkan rasa takut mendalam terhadap penyebaran disinformasi berbasis AI. Dari situ, publik mengenal Swift sebagai sosok yang lantang bersuara mengenai bahaya teknologi ini terhadap integritas informasi dan hak seniman.
Oleh sebab itu, kabar bahwa promosi albumnya kini justru dituding menggunakan AI terasa kontradiktif dan menimbulkan ironi tersendiri. Hingga kini, pihak Swift belum mengeluarkan klarifikasi resmi apakah video promosi itu memang dibuat dengan bantuan AI atau tidak.
Kontroversi AI di Industri Kreatif
Kasus Taylor Swift hanyalah salah satu dari banyak kontroversi yang melibatkan AI di dunia hiburan. Teknologi kecerdasan buatan berkembang begitu cepat, hingga industri musik dan kreatif tidak lagi bisa mengabaikan keberadaannya.
Bahkan, sejumlah perusahaan teknologi besar kini menghadapi gugatan hukum terkait pelanggaran hak cipta. perusahaan AI Anthropic gagal membatalkan sebagian gugatan dari sejumlah penerbit musik, termasuk Universal Music Group. Gugatan itu menyoroti dugaan bahwa perusahaan AI melatih model mereka menggunakan lirik lagu berhak cipta tanpa izin.
Anthropic bukan satu-satunya. Perusahaan besar seperti OpenAI, Meta, dan Microsoft juga sedang berhadapan dengan tuntutan serupa. Hasil dari gugatan-gugatan ini bervariasi, tetapi jelas memperlihatkan meningkatnya ketegangan antara dunia kreatif dan industri teknologi.
Ironi di Tengah Pertarungan Hak Cipta dan Teknologi
Keterlibatan nama Taylor Swift dalam isu AI menambah dimensi baru dalam perdebatan yang sedang berlangsung. Di satu sisi, ia dikenal sebagai artis yang sangat menjaga hak cipta dan kerap memperjuangkan keadilan bagi seniman. Di sisi lain, tuduhan bahwa ia menggunakan AI untuk promosi albumnya menimbulkan pertanyaan: apakah teknologi ini memang tidak bisa dihindari dalam industri musik modern?
Kontroversi ini sekaligus memperlihatkan dilema besar yang dihadapi artis dan industri hiburan saat ini. Promosi kreatif membutuhkan pendekatan baru agar menarik perhatian audiens global, tetapi penggunaan teknologi baru seperti AI dapat memunculkan pertanyaan etis.
Apa Selanjutnya untuk Taylor Swift?
Bagi Taylor Swift, isu ini bisa menjadi ujian serius bagi reputasi yang selama ini ia bangun. Publik kini menunggu klarifikasi resmi dari pihaknya untuk memastikan apakah benar AI digunakan dalam promosi The Life of a Showgirl.
Jika Swift membenarkan penggunaan AI, langkah itu bisa dianggap sebagai kontradiksi besar dari sikapnya selama ini. Namun, jika terbukti tidak benar, maka kasus ini justru bisa memperlihatkan bagaimana cepatnya tuduhan menyebar di era digital — ironisnya, dibantu teknologi yang selama ini ia kritik.
Sementara itu, album The Life of a Showgirl sendiri tetap menjadi salah satu rilisan paling ditunggu di tahun 2025. Terlepas dari kontroversinya, strategi promosi Swift berhasil mencuri perhatian dunia dan membuat namanya kembali menjadi pusat pembicaraan.

Aldi
teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
15 Rekomendasi Kuliner Sarapan Ringan Banjarmasin Legendaris dan Murah
- Kamis, 09 Oktober 2025
Terpopuler
1.
Xavier Marks Dorong Perluasan Pasar Properti Indonesia
- 09 Oktober 2025
2.
Lelang Merchandise MotoGP Mandalika Hasilkan Rp63 Juta
- 09 Oktober 2025
3.
Optimisme Penerbitan Obligasi Multifinance Hingga Akhir Tahun
- 09 Oktober 2025
4.
Rupiah Bergerak Dinamis, Peluang Penguatan Masih Terbuka
- 09 Oktober 2025